Selasa, 01 April 2014

Belajar pencalegan dari belanda untuk Indonesia

Teringat waktu ngobrol dengan Mas Zaenal di Amstelween tentang pencaleg-an di Belanda. menarik dan masuk logika saya. tapi sebelumnya tulisan ini mau mengadopsi motto ILK "mengatasi masalah tanpa solusi" hahaha....

dari hasil obrolan, dikatakan bahwa di belanda, caleg di tingkat nasional itu berasal dari caleg yang sukses di daerah. Wah bagus juga sistemnya. jadi yang ke tingkat nasional itu sudah tahu permasalahan dan berprestasi di daerah. selain itu, kemampuannya dalam berpolitik sudah mulai terasah.

coba bandingkan dengan Indonesia. aku ga akan bilang "bukannya mau menjelek2kan Indonesia" atau apalah yang membuat tulisan ini lebih halus. tapi mari kita lihat fenomena yang terjadi di negeri kita tercinta. INDONESIA.

1. yang punya uang bisa jadi caleg
ini adalah satu dari banyak berita tentang perlunya, atau lebih tepatnya wajibnya membayar untuk jadi caleg dari suatu partai. apalagi jika ingin ditempatkan di posisi pertama di surat suara. Secara logika, orang miskin (selain dilarang sakit dan dilarang mendapatkan pendidikan yang bagus) juga dilarang menjadi caleg. Syarat uang ini bisa menjadi positif jika sang caleg itu memang benar benar tidak butuh uang lagi. misalnya ada orang yang super kaya dan dapat revenue dari bisnisnya sehingga tidak butuh pemasukan lagi dari tempat lain misalnya gaji dan insentif dari menjadi wakil rakyat. Untuk tipe orang ini, mungkin dia bisa fokus mempebaiki Indonesia. Namun di sisi yang lain, jika uang yang diperoleh dari pinjaman, atau bisnis yang setengah-setengah. ditautkan ketika sang caleg berhasil menjadi wakil rakyat, dia akan berusaha mencari uang untuk membayar hutang atau menggunakan kewenangannya dalam mempengaruhi keputusan eksekutif dalam mengembangkan bisnisnya. Belum lagi kalau tidak terpilih, bisa menjadi stres dan gila.

2. Caleg Artis
Fenomena ini juga menarik, dengan tingginya penonton televisi di Indonesia, dan adanya TV nasional yang menjangkau secara luas dan gratis di negara ini, memungkinkan seorang selebritis dikenal secara nasional. kondisi ini dilihat oleh partai dan dimanfaatkan untuk mendulang suara di pemilu. Selain itu, selebritis atau mantan selebritis relatif mudah untuk mendapatkan uang untuk mendaftar suatu partai, dan partai juga akan mendapat keuntungan dari sang artis. istilah jawanya "win win solusen". Selain itu, menggunakan artis juga mengurangi biaya kampanye sehingga sekali lagi sangat menguntungkan bagi kedua pihak.

Trus, apa masih ada caleg yang "layak" dipilih di pemilu nanti? Mmmmmmm... ga tau juga ya, harusnya sih ada, karena di dunia ini ada hukum probabilitas dan hukum pareto, atau istilah lainnya tidak ada yang sempurna di dunia ini. Apalagi di Indonesia sudah menganut sistem demokrasi dimana masih banyak pro dan kontra mengenai sistem demokrasi di negara dengan masyarakat islam terbesar di dunia.

Kesimpulannya: sistem pencalegan berdasarkan kompetensi, pengkaderan dan track record sangat menarik dan akan memberikan hasil yang lebih baik dari sistem yang sudah ada sekarang dimana siapapun bisa menjadi caleg di tingkat manapun.

Penutupnya adalah (sebagai penggemar ILK) saya menyatakan bahwa tulisan ini akan menyelesaikan masalah tanpa solusi, tidak bermartabat dan tidak bertanggung jawab....!!!!! Yeeaaaahhh.

I Love Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar