Senin, 07 April 2014

Ekspresi sedih sang porter

Hati ini teriris ketika melihat bapak bapak porter di stasiun gambir yang berlari mengejar pintu sambil mengetuk pintu dan berharap ada yg membukakan pintu dari dalam. Melihat ekspresi kecewa mereka dan Membayangkan kekecewaan mereka ketika tidak ada yang membukakan pintu atau tidak ada penumpang yang mau menggunakan jasa mereka. Kalau itu terjadi, sudah bisa membayangkan kekecewaan keluarga mereka yang menunggu adanya uang untuk membeli makan malam atau sarapan besok pagi..

Hmmm.. Orang-orang di sektor non-formal seperti mereka itu memang tidak tetap penghasilannya. Kadang makan kadang tidak.. Yang membuat sedih adalah 'orang ini mau bekerja' dan penghasilannya sedikit. Beda dengan pengemis malas yg tidak mau kerja keras untuk kebutuhannya sendiri.

Trus, bagaimana sikap kita?perlukah mencari penyebab banyaknya sektor informal di Indonesia? Perlukah menyalahkan pihak-pihak yang menyebabkan negeri kita tercinta terasa tidak adil pada rakyatnya? Tidak perlu. Tidak perlu kalau hanya untuk mengumpat atau menyalahkan orang lain. Perlu, kalau ketika kita tahu penyebabnya, kita bisa berperan memperbaiki kondisi ini. Sekecil apapun peran kita.

Marilah kita introspeksi.

Pastinya orang yang membaca tulisan ini punya internet, punya hape atau laptop atau komputer untuk membuka tulisan ini dan punya hal lain yg tidak dimiliki oleh mereka. So, buat renungan aja.. Bahwa masih banyak orang yang tidak seberuntung kita. Mari berusaha sekuat tenaga untuk sekitar sesuai peran dan kemampuan masing masing. Selain itu, gunakan rejeki yang telah diberikan kepada kita secara bijak.

Introspeksi buat diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar